12
Senin 3 januari 2014 resmi sudah aku menjadi mahasiswa semster 8 di prodiku, entah karena kemalasanku atau karena keterbatasan otakku, aku yang harusnya tinggal mengerjakan skripsi ini masih berkutat dengan siakad yang belum berubah bentuk dan penampakannya sejak kukenal 3,5 tahun silam serta dengan SKS yang setia menanti untuk segera aku selesaikan. Yang menurut hitungan kasarku tidak akan selesai dalam 1 atau 2 semester mendatang seperti kebanyakan kawan senagkatanku. Ya, aku masih berhutang sekitar 40an SKS untuk menebus status sarjana di prodiku, yang tentunya berbeda dengan kebanyakan mereka yang hanya menyisakan belasan SKS atau bahkan hanya tinggal menyelesaikan skripsi sebagai tugas akhir mereka.

Penyesalan bukanlah hal yang dilakukan oleh seorang yang bijak, dan aku menyadari ketidak bijakanku dalam bersikap. Ya! aku menyesal! Walau hanya setitik dua titik penyesalan tetap mengapung seperti mendung didalam hati. Kemana saja aku selama ini? Apa saja yang tidak aku lakukan dan dilakukan oleh kebanyakan dari mereka? entahlah. Atau adakah penyesalan ini dalam hati mereka? ah kurasa tidak, tidak ada alasan untuk menyesal bagi mereka, mereka berada beberapa langkah didepanku dan segera menyandang status sebagai sarjana. Sedang aku? masih harus berlari dalam 2 atau mungkin 4 semester kedepan untuk bisa sampai diposisi mereka saat ini. Ya aku kalah! Aku kalah dalam hal "waktu" untuk lulus dan memanfaatkan gelar sarjana. Sarjana? hahaha masih jauh kurasa gelar itu akan aku capai, dan akupun masih belum tau untuk apa gelar sarjanaku kelak, untuk bekal melamar kerja kah atau hanya untuk mengejar status sosial. Mungkin hutang SKSlah yang membuatku berasa sangat jauh dan berjarak dengan jawaban itu, adakah perasaan jauh ini juga dirasakan oleh mereka yang "jarak" nya tak lebih jauh dari apa yang aku rasa atau bahkan tak berjarak itu? atau mungkin aku salah menafsirkan "jarak" itu?


Timbul pertanyaan dalam hati  "apa ya rencana mereka setelah lulus nanti? setelah mendapat ijazah dan gelar sarjana itu." "Apakah ijazah dibuatnya untuk mendaftar kuliah lagi? atau sebagai modal utama untuk medapatkan pekerjaan? atau bahkan adakah yang hanya membutuhkan gelar itu untuk ditulis di surat undangan pernikahan mereka?". setiap dari mereka pastilah punya jawaban sendiri akan rencana dan cita cita mendatang. Dan ternyata memang benar jawaban sebagian dari mereka yang sudah aku tanyai tak jauh berbeda dengan apa yang aku fikirkan. Kuliah / kerja / nikah, mereka dengan prioritas masa depan masing masing. Akhirnya baru aku sadar bahwa hal itu bukan seperti soal objektif dimasa sekolah dimana kita hanya boleh memilih satu jawaban, dan hanya satu jawaban pula seharusnya kita menjawab, kita bisa hanya memilih satu, bisa juga dua atau bahkan tiga tanpa patokan harus mendahulukan yang mana. Ternyata hal itu hanya soal "prioritas" dan tiap insan punya pilihan masing masing akan prioritas mana yang lebih di dahulukan.

Rencana untuk bekerja atau meniti karir adalah yang paling menarik perhatianku. mereka yang memutuskan untuk menikah haruslah bekerja untuk mendapat penghidupan yang layak untuk diri mereka dan untuk masa depan anak cucu mereka, mereka yang memilih untuk melanjutkan kuliahpun juga sama akan terjun ke dunia kerja untuk kuliah keduanya atau misal kuliah keduanya masih dibiayai oleh orang tua, mereka juga butuh kerja untuk bisa lepas dari pembiayaan orang tua saat kuliah maupun setelah kuliah nanti. Lalu kerja yang seperti apa? karir yang seperti apa yang mereka pilih? akankah mereka menggunakan keahlian mereka sebagai lulusan FKIP dalam mengajar dan mendidik? atau bahkan mereka sama sekali tidak menggunakan keahlian tersebut? entahlah selama hal itu menjadikan kebaikan bagi mereka dan tidak merugikan orang lain akupun akan berbahagia dengan pilihan itu

Namun bagiku sebagai orang yang merasa sangat beruntung bisa berkesempatan untuk mengenyam pendidikan di perguruan tinggi ini, sangatlah merasa berdosa jika pekerjaan atau karierku kelak hanya bermanfaat untuk diriku sendiri dan tidak memberi manfaat kepada lingkunganku yang kebetulan adalah kampung dan tidak banyak remajanya yang bernasib seberuntung aku yang bisa kuliah ini. Ya, kebanyakan penduduk di kampungku adalah pengadu nasib di jakarta sebagai tukang angkat barang di pasar pasar besar di ibukota dengan gaji harian, adalah tukang batu atau tukang kayu srabutan, adalah mereka yang menghabiskan waktu muda hingga tuanya untuk menggarap sawah yang bukan milik mereka.

Sekali lagi sangat besar rasa berdosaku kepada mereka yang menjadi alasan tawa dan tangisku dikala aku kecil, dan mungkin orang orang yang akan membantu menggali kuburku, jika pekerjaanku ataupun karirku tak memberi kebermanfaatan kepada mereka. Lalu jadi pekerjaan apakah yang aku impikan ini? entahlah mungkin waktu yang akan membantu aku menjawabnya. Yang pasti aku cukup menelan kekalahan dalam "waktu" lulus dan aku tak boleh kalah dalam hal ini

Post a Comment

  1. Wuisssh, bentar lagi lulus dong,, btw ini kunjungan perdana saya, di baca-baca penuturannya mirip kayak baca novel nya Mira W gitu, hehehe

    ReplyDelete
    Replies
    1. wah nama yg sangat besar dan pantas dijadikan contoh dlm penuturan
      tp sayang aku blm pernah baca karya nya hehehe
      mksih dah mampir

      Delete
  2. Saya quote ya mas ya

    "sangatlah merasa berdosa jika pekerjaan atau karierku kelak hanya bermanfaat untuk diriku sendiri dan tidak memberi manfaat kepada lingkunganku"

    Menurut saya, pernyataan di atas ini bener mas. Hehehe... Dosen saya juga dulu pernah bilang, "kalo cuman jadi mahasiswa buat cari kerja gak usah jadi mahasiswa. bermanfaatlah buat orang banyak itu baru tujuan jadi mahasiswa" Yaaa tapi balik lagi tergantung individunya masing - masing juga sih karena tidak semua orang mau keluar dari zona nyamannya :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. bener banget broo
      harus ada nilai pembeda dibalik gelar kesarjanaannya
      makasih dah mampir ^^

      Delete
  3. semoga cepat lulus deh bro. sayang uang kuliah jalan terus. setelah itu baru terapkan ilmu semasa kuliah

    ReplyDelete
  4. Yes. Memang sejatinya orang-orang harus kembali ke tempat asalnya untuk membesarkan daerah masing-masing. Soalnya Indonesia itu luas, brooh. Jangan karena mikir Jakarta itu ada semua lantas langsung pada ke sana. Tiap daerah punya keunikan masing-masing. Hoho. Btw, sama-sama udah jadi mahasiswa tingkat akhir kita :))

    ReplyDelete
    Replies
    1. iyyap mas broo :)
      moga menjadi kebermanfaatan untuk orang banyak

      Delete
  5. wuiiih tetap semangat yaaaa mas! Sukses dunia-akhirat :) aamiin

    ReplyDelete

 
Top